Tiga Tipe Komunikator: Termasuk yang Manakah Anda?

Menjadi seorang manajer, berarti juga harus menjadi komunikator yang baik. Tentu saja, karena seorang manajer harus sering berkomunikasi, baik dengan anggota tim maupun dengan atasannya. Dalam berkomunikasi biasanya seseorang punya kecenderungan tertentu  bagaimana cara dia berkomunikasi dengan orang lain. Ada tipe orang yang kalau berkomunikasi dia agresif, dia dominan, ingin menang sendiri. Sebaliknya, ada juga yang pasif, dimana lebih banyak diam dan menerima pendapat orang lain. Nah, dengan posisi Anda sebagai seorang manajer, pendekatan komunikasi manakah yang yang sebaiknya Anda lakukan? Simak dulu video berikut ini:
Yang pertama ada komunikator agresif. Sesuai dengan namanya, orang yang berkomunikasi secara agresif biasanya adalah orang yang cenderung ingin menang sendiri dan suka menghakimi orang lain, tanpa melihat dan mempelajari dulu masalah yang sebenarnya terjadi. Dia biasanya selalu ingin didengar dan dituruti kemauannya. Dalam pembicaraan, komunikator yang agresif sering memotong pembicaraan orang lain dan kemudian berusaha untuk mendominasi pembicaraan. Jenis manajer yang agresif, dalam pekerjaan sehari-hari cenderung untuk menekan dan memaksa anak buahnya. Selain karena bawaan pribadinya, dia juga merasa bahwa dia memiliki power atau kekuasaan yang lebih dibandingkan anggota timnya. Dampak dari memiliki kebiasaan berkomunikasi yang agresif adalah:
  • Sulit untuk mendapatkan masukan dari orang lain, karena orang lain, apalagi anak buah, malas atau tidak berani untuk bicara dengan dia
  • Ketika dia membutuhkan pendapat dari anggota timnya, mereka cenderung tidak mau berkata jujur karena takut dihakimi
Jenis komunikator yang kedua adalah komunikator pasif. Dari namanya, kita bisa melihat bahwa orang seperti ini biasanya pendiam. Dia juga kurang percaya diri dan sulit untuk berekspresi. Manajer yang pasif tentu saja akan menyulitkan, baik menyulitkan dirinya sendiri maupun anggota timnya. Dia cenderung untuk memilih tidak banyak bicara, walaupun mungkin banyak hal yang ingin disampaikan. Saat rapat misalnya, dia akan menerima apapun hasilnya. Anggota timnya akan kesulitan untuk bekerja, khususnya ketika mereka membutuhkan instruksi atau bimbingannya. Nah, jenis komunikator yang berikutnya adalah komunikator yang asertif. Seperti apakah itu? Komunikator yang asertif sebenarnya adalah paduan antara komunikator yang agresif dan pasif. Namun, dia mampu untuk memadukannya secara tepat dan seimbang. Seperti apa ciri-cirinya? Orang yang mampu berkomunikasi secara asertif adalah percaya diri. Jika si agresif merasa bahwa dialah yang paling benar, dia yang punya kedudukan lebih tinggi, maka si asertif akan menganggap dirinya sejajar atau satu level dengan orang lain, yaitu sebagai sesama manusia. Walaupun dia adalah seorang manajer atau atasan, tapi dia akan melihat anak buahnya adalah sesama manusia, jadi dia memperlakukan mereka sejajar dengan dirinya sendiri. Jika sedang berkomunikasi, dia akan berbicara sesuai dengan porsinya. Saat sedang menghadapi masalah, termasuk dalam pekerjaan, dia akan selalu mencari jalan tengah atau win-win solution. Dia secara terbuka akan menyampaikan pendapatnya, namun juga mempersilakan orang lain untuk melakukannya, dan dia akan mendengarkan perkataan orang lain sampai selesai. Orang yang asertif juga tidak akan malu mengakui kesalahan atau kelemahannya. Untuk menyatakan bahwa argumennya lebih baik, dia akan mengemukakannya dengan elegan. Selain itu, orang asertif juga biasanya lebih proaktif dan ekspresif. Dia adalah orang yang mau mendengarkan orang lain. Dari ketiga jenis komunikator tadi, seperti apakah manajer yang akan disukai oleh anggota timnya? Tentu saja yang asertif. Dengan memiliki seorang atasan yang asertif, maka anak buah tidak akan ragu-ragu untuk menyampaikan pendapat atau pemikirannya. Saat sedang rapat atau berdiskusi dengan tim kerja, seorang manajer yang asertif akan dengan mudah mendapatkan masukan-masukan yang brilian, karena anggota timnya juga percaya diri untuk menyampaikan semua idenya. Ketika ada ide anggota tim yang kurang cocok, si manajer tidak akan langsung menghakimi bahwa ide itu adalah ide yang buruk. Namun, dia akan menyampaikan ide yang menurutnya lebih baik, dengan mengemukakan argumen dan alasan-alasannya yang jelas. Dengan begitu, maka anggota timnya tidak akan menjadi patah arang, tapi biasanya akan lebih termotivasi untuk berpikir agar mendapatkan ide yang lebih pas lagi. Intinya, seorang manajer yang asertif akan lebih disukai karena dia lebih jujur dan santun, juga selalu berusaha membangun relasi yang baik dengan anggota timnya. Anggota timnya akan merasa lebih nyaman saat bekerja dan ini bisa membuat tim kerja menjadi lebih efektif dan produktif. (*)





Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top