Tujuh Keahlian yang harus Dimiliki Manajer Milenial

Saat ini, makin banyak generasi milenial menduduki posisi-posisi pimpinan di perusahaan. Seiring dengan itu, mereka mulai mengubah wajah perusahaan, industri, atau dunia usaha, yang selama ini dibentuk generasi Baby Boomers dan generasi X.

Pemimpin milenial lebih menyukai kolaborasi, kerja tim, komunikasi yang konstan, dan tanggung jawab sosial, daripada genersi-generasi sebelumnya. Gaya manajemen individual, bottom-line, dan konfrontatif perlahan akan menjadi usang.

UPDATE: Simak video ini sebelum membaca artikel selengkapnya

Milenial tumbuh dalam konsep “dinamika tim” dan “semua orang adalah pemenang”, sehingga semangat mereka adalah membina dan kolaboratif. Mereka juga jadi sangat peduli terhadap isu-isu sosial dan lingkungan.

Sebuah studi yang dilakukan Cone Communications menunjukkan, 9 dari 20 milenial cenderung memilih merk-merk yang mendukung rasa peduli itu dan 87 persennya akan membeli produk yang memiliki manfaat bagi masyarakat atau lingkungan.

Hal ini didukung fakta beberapa pemimpin milenial dunia, seperti CEO Facebook, Mark Zuckerberg, yang mendedikasikan sebagian besar kekayaan pribadi mereka untuk filantropi.

Nah, sekarang, ketika milenial naik pangkat menjadi bos atau pimpinan, bagaimana perusahaan dapat mengasah bakat kader pemimpin baru ini? Apa saja keterampilan utama yang belum dimiliki para manajer milenial ini?

Manajer milenial belum mumpuni

menjadi manajer milenial yang baik_art

Penelitian lain menunjukkan 83 persen responden yang disurvei memiliki manajer milenial di kantor mereka, namun hampir setengah dari generasi yang lebih tua menilai manajer milenial mereka tidak siap untuk mengelola tim.

Sementara 44 persen dari generasi milenial memandang diri mereka sebagai generasi yang paling mampu untuk memimpin di tempat kerja, namun hanya 14 persen dari semua yang disurvei menyatakan setuju dengan pernyataan itu.

Di sinilah peran perusahaan, khususnya departemen atau divisi yang bertanggung jawab dalam pengembangan sumber daya manusia. Mereka memegang peranan kunci dalam mentransisikan generasi milenial ini ke kepemimpinan, lewat pelatihan formal, pembelajaran mandiri daring, bimbingan, dan pelatihan lain.

Tapi sebetulnya apa saja keterampilan yang harus dimiliki para pemimpin milenial baru ini? Ini adalah keterampilan-keterampilan yang didasarkan pada kekuatan dan kelemahan generasi milenial, serta keterampilan baru yang dibutuhkan manajer saat ini untuk berhasil di tempat kerja yang terus berkembang.

1. Membangun hubungan dan kepercayaan secara langsung

generasi milenial di tempat kerja_art

Seperti disebutkan di atas, milenial pandai dalam berkolaborasi, juga kerja tim, namun mereka sangat bergantung pula pada perangkat digital untuk berkomunikasi.

Milenial dikenal lebih suka berinteraksi lewat teks daripada tatap muka. Preferensi ini tidak cocok digunakan, jika ingin menjadi pemimpin yang menginspirasi.

Pekerjaan seorang manajer adalah menciptakan nilai melalui orang-orangnya, karyawannya. Namun akan sulit untuk menumbuhkan kepercayaan bawahan melalui e-mail atau alat media sosial internal karena manajer tidak dapat melihat karyawan secara langsung.

Rasa percaya adalah kontributor nomor satu bagi efektivitas tim. Manajer milenial baru harus meluangkan waktu untuk membangun hubungan saling percaya dengan tim mereka secara langsung dan melalui pertemuan tatap muka.

2. Seni memberi dan menggunakan umpan balik

Milenial merevolusi cara perusahaan memberikan umpan balik. Mereka tak lagi melakukan tinjauan kinerja tahunan, melainkan secara teratur dan berkelanjutan menilai hasil, modifikasi, perencanaan program, dan implementasi.

Mereka juga menerapkan sistem survei yang cepat, menghilangkan pertanyaan-pertanyaan yang kompleks, dan sengaja dirancang untuk dilakukan setiap minggu atau setiap beberapa minggu sekali.

Manajer milenial harus bisa memberikan umpan balik konstruktif dan ulasan kerja secara real-time. Manajer sukses masa kini juga mesti mampu dapat menyaring data survei dan menerapkan perubahan yang meningkatkan efektivitas tim, serta kinerja kepemimpinan mereka sendiri.

3. Pengambilan keputusan berdasarkan data

kebiasaan milenial di kantor_art

Manajer modern juga harus memiliki data internal yang kuat untuk membuat keputusan penting, sehingga mereka harus menjadi ahli dalam bidang data. Mereka harus dapat menganalisis data dari berbagai sumber dan punya wawasan dari informasi ini.

Kefasihan menggunakan perangkat lunak termutakhir sudah menjadi keharusan. Manajer milenial diharapkan mampu mengimplementasikan keputusan berbasis data, bukannya meraba-raba dalam gelap.

4. Keterampilan membangun tim internal dan eksternal

Seorang pemimpin tidak hanya harus mengembangkan kekompakan tim internal, melainkan juga menyelaraskan tim mereka secara eksternal. Tim yang selaras eksternal akan menyesuaikan diri dengan perubahan konstan di pasar dan dapat beradaptasi dengan cepat.

Para pemimpin dan anggota tim utama harus bertindak sebagai “duta besar” untuk berkomunikasi secara eksternal dan memperkuat inisiatif di luar batas tim. Misalnya, mereka dapat memperoleh “dukungan” dari manajemen, mengumpulkan umpan balik, memperoleh sumber daya, atau mendapatkan wawasan baru tentang produk atau pelanggan, yang semuanya berkontribusi terhadap kesuksesan tim secara keseluruhan.

5. Semua pemimpin perlu memiliki visi besar

menjadi milenial yang visioner_art

Kadang-kadang, karena berperan sebagai junior di perusahaan, milenial terlalu sibuk mengeksekusi daripada melihat gambaran besarnya, visi besarnya. Padahal, untuk menjadi manajer, mereka perlu secara terus-menerus berpikir strategis tentang bagaimana menumbuhkan bisnis: apa saja peluang utamanya, bagaimana peluang ini cocok dengan kemampuan perusahaan, bagaimana seharusnya perusahaan mengembangkan jumlah karyawan, dan sebagainya.

6. Belajar mempekerjakan orang yang tepat

Para pemimpin diukur dari kemampuan mereka merekrut dan mempertahankan orang-orang dengan talenta yang tepat dalam tim mereka. Belajar mempekerjakan orang yang tepat adalah keterampilan utama yang harus dikuasai oleh setiap manajer milenial baru. Salah merekrut berarti juga pengeluaran yang sia-sia.

Banyak jebakan yang harus diwaspadai saat mewawancara dan merekrut orang baru. Manajer harus mahir membedakan sikap, kecocokan budaya, tingkat keterampilan, dan apakah kandidat berbohong atau tidak. Manajer milenial juga harus belajar cara mengajukan referensi pada pertanyaan yang tepat, mendengarkan umpan balik anggota tim tentang kandidat, dan menghindari bias yang tidak disadari.

Ini semua bukan bakat alami, harus diasah. Jika salah mempekerjakan orang, manajer juga harus mampu memberhentikan karyawan, sebelum merugikan lebih banyak pada tim ataupun perusahaan.

7. Menjadi pembelajar yang konstan

menjadi milenial pembelajar_art

Teknologi berubah dengan cepat dan setiap pemimpin harus terus belajar dan beradaptasi. Pemimpin modern harus selalu penasaran, selalu ingin tahu. Memupuk hal itu adalah dengan belajar.

Para milenial memang memiliki kekurangan, tapi bukan berarti mereka tidak bisa menjadi seorang manajer yang baik. Bagaimanapun, milenial harus belajar kepada para seniornya, mengenai cara menjadi seorang manajer yang andal.

Para milenial penting untuk pelatihan-pelatihan tentang kepemimpinan yang diselenggarakan oleh Presenta Edu. Hanya dengan membaca buku-buku kepemimpinan saja tidak cukup. Untuk menjadi manajer sukses, generasi milenial perlu menjadi pembelajar yang konstan. (*)






Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top