Kadang-kadang yang penting dalam sebuah komunikasi bukan hanya isi pesannya, namun juga cara kita menyampaikannya.
Pemilihan kata-kata, ketegasan, atau ada tidaknya empati dalam pernyataan kita akan mempengaruhi hubungan interpersonal dengan orang yang kita ajak bicara.
Ketika kita mampu mengekspresikan diri dengan jujur dan mempertahankan sudut pandang kita saat berkomunikasi, sambil tetap menghormati hak orang lain dan terbuka terhadap perspektif mereka, hal ini dikenal sebagai komunikasi asertif. Komunikasi asertif adalah keterampilan komunikasi yang utama dan amat bermanfaat jika dapat Anda praktekkan di tempat kerja.
Selain komunikasi yang asertif, seseorang dapat juga terjebak dalam komunikasi yang sifatnya agresif atau pasif. Untuk memahami perbedaan antara komunikasi asertif dengan lainnya, simak video berikut:
Komunikasi yang asertif dapat memperkuat hubungan Anda dengan rekan-rekan kerja dan atasan. Selain itu, percaya atau tidak, hal ini juga dapat mengurangi stres karena lewat komunikasi asertif, konflik akan terhindarkan atau tereduksi.
Stres juga biasanya terjadi karena Anda terpaksa menerima beban kerja lebih akibat tak mampu berkata “tidak” pada atasan. Komunikasi asertif membantu Anda untuk menyatakan penolakan, tanpa harus membuat orang yang meminta tolong kepada Anda kecewa atau malah berbalik defensif.
Sulitkah melakukan komunikasi asertif ini? Sebetulnya tidak juga. Tantangannya memang ada pada latihan, apalagi kalau Anda bukan tergolong orang yang berkepribadian asertif. Oh, ya, asertif ini sama sekali berbeda, lho, dengan agresif. Asertif lebih seperti jalan tengah antara agresif dan pasif.
Komunikasi yang agresif hanya akan melukai atau menyerang lawan bicara. Sementara komunikasi yang pasif akan menyebabkan stres dan rasa benci, yang pada akhirnya juga bisa menjadi agresif. Baik komunikasi agresif, maupun pasif, keduanya tidak akan dapat menyampaikan maksud pesan dengan efektif.
Berkomunikasi dengan asertif memungkinkan Anda bicara sambil tetap menghormati kebutuhan dan hak semua orang, termasuk diri Anda sendiri. Anda dapat tetap menjaga batas dalam hubungan, namun pada saat yang sama, lawan bicara juga terbantu untuk tetap menghargai Anda.
Nah, mari kita simak langkah-langkah yang bisa kita pelajari dan praktikkan untuk menguasai komunikasi asertif ini.
1. Sampaikan faktanya dan tidak menghakimi
Suatu kali mungkin Anda sudah terlalu kesal dengan ulah seorang rekan kerja yang selalu terlambat menyerahkan laporan. Pada akhirnya, Anda juga jadi terburu-buru memeriksa hasil pekerjaannya untuk mengejar tenggat waktu proyek.
Alih-alih menggunakan kata-kata atau menyematkan label negatif pada sang rekan kerja, Anda bisa menyampaikan yang faktual-faktual saja. Contohnya, “Bro, mestinya kemarin, nih, gue terima laporan lo. Sekarang gue cuma punya waktu hari ini, nih, buat meriksa. Bulan depan bisa lebih awal, ya.”
2. Tidak membesar-besarkan efek dari perilaku negatif lawan bicara
Mirip dengan langkah pertama, intinya jangan menjadi “drama queen” atau mendramatisir keadaan. Tak perlu kata-kata lebay, sampaikan saja apa adanya.
3. Menggunakan kata “saya”
Kalau Anda menggunakan kata “Anda” atau “kamu”, maka yang terdengar adalah Anda menyerang atau menghakimi. Lawan bicara akan cenderung menjadi defensif karenanya. Menggunakan kata “saya” akan memfokuskan pernyataan Anda pada bagaimana perasaan Anda dan bagaimana perilaku lawan bicara memengaruhi Anda.
Kata “saya” juga membantu Anda menguasai reaksi Anda sendiri dan lebih sedikit menyalahkan lawan bicara. Anda akan cenderung memberikan contoh solusi atau rasa tanggung jawab dan menggerakkan lawan bicara untuk sama-sama melakukan perubahan positif.
4. Melatih bahasa tubuh dan nada bicara
Posisikan tubuh Anda untuk mencerminkan kepercayaan diri saat berkomunikasi, misalnya berdiri tegak, menatap mata lawan bicara, namun tetap rileks. Bicaralah dengan nada yang tegas, tapi tetap menyenangkan, tidak intimidatif.
5. Mendengarkan dan bertanya
Kedua hal ini amat penting dalam berkomunikasi. Ketika berkomunikasi, dengarkan baik-baik apa yang lawan bicara Anda sampaikan. Bertanyalah agar Anda juga dapat mengambil dan memahami sudut pandang lawan bicara.
6. Win-win solution
Selalulah berupaya mengarahkan komunikasi untuk mencapai kompromi. Carilah cara agar Anda dan orang lain yang Anda ajak berkomunikasi dapat menemukan solusi yang memenuhi kebutuhan Anda berdua.
Hmmm, kalau menyimak satu demi satu langkah di atas, sepertinya tempat kerja akan selalu terasa damai dan menyenangkan, ya, kalau saja orang-orangnya mampu berkomunikasi secara asertif. Kalau saat ini situasi itu belum tercapai, mengapa tidak dimulai dari Anda? Boleh jadi kebiasaan atau kemampuan ini nantinya akan menular, lho, di antara rekan-rekan kerja Anda.
Kalau Anda merasa harus memiliki kemampuan yang lebih baik dalam hal berkomunikasi, khususnya berkomunikasi di tempat kerja, Anda bisa mengikuti pelatihan atau training Komunikasi Efektif yang diadakan oleh Presenta Edu. (*)
Ingin memperdalam pengetahuan Anda tentang presentasi?
Dapatkan buku Presentasi Memukau yang membahas bagaimana mempersiapkan, mendesain dan membawakan presentasi yang luar biasa.
216 halaman - PDF format - Gratis
Apa saja keterampilan utama yang perlu dikuasai seorang manajer baru?
Dapatkan buku Essential Skills for New Manager - Seri 1 yang membahas bagaimana 4 skill utama dalam mengelola tim dengan baik.
131 halaman - PDF format - Gratis untuk Anda