Training HRD (Human Resource Development) atau training pengembangan SDM (sumber daya manusia) merupakan pelatihan yang biasanya diselenggarakan oleh bagian personalia perusahaan.
Tujuan training HRD bisa sangat beragam, tergantung pada kebutuhan perusahaan masing-masing. Ada yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan yang berkaitan dengan pekerjaan, mengasah soft skills, atau keahlian lain di luar pekerjaan.
Sebelum menyelenggarakan training HRD, bagian personalia akan menentukan terlebih dulu kebutuhan training HRD. Nah, penentuan ini tidak boleh sembarangan karena akan menyangkut banyak hal. Untuk itu diperlukanlah proses untuk menganalisas kebutuhan training.
Proses analisa ini membutuhkan teknik tertentu yang lazim disebut sebagai TNA atau Training Needs Analysis. Ada juga yang menyebutnya Training Needs Assesment. Ini merupakan sebuah teknik untuk memeriksa kesenjangan antara kompetensi yang diharapkan perusahaan, jabatan, atau posisi jabatan, dengan kompetensi yang dimiliki orang yang saat ini duduk pada posisi tersebut.
Contohnya, orang yang yang duduk di posisi manajer, setidaknya harus memiliki kompetensi dalam leadership dan berkomunikasi agar mampu memimpin timnya, serta mendelegasikan tugas dengan baik. Jika dinilai manajer ini sebetulnya punya leadership yang baik, namun kesulitan berkomunikasi dengan lebih efektif kepada timnya, maka dia perlu penguatan kemampuan dalam soft-skills yang satu ini.
TNA untuk training HRD memiliki banyak kegunaan. Selain dapat memetakan jenis training HRD yang dibutuhkan, kita juga dapat menentukan siapa saja yang membutuhkan training HRD ini, berapa besaran biaya yang diperlukan, tema-tema apa saja yang bisa diangkat, dan sebagainya.
Nah, dalam menganalisa kebutuhan training, termasuk training HRD, ada dua metode yang dapat kita gunakan. Kedua metode itu masing-masing adalah metode makro dan metode mikro.
Metode makro adalah metode yang dipakai dengan mengutamakan tindakan proaktif dan preventif, sejalan dengan strategi perusahaan. Dengan menggunakan metode makro, analisa kebutuhan training dilakukan secara holistik. Artinya, tidak hanya kebutuhan di tingkat perusahaan atau organisasi yang dianalisa, melainkan juga di tingkat pekerjaannya dan individu karyawan/anggota organisasi.
Adapun metode mikro lebih condong pada tindakan-tindakan yang reaktif, yakni sebagai reaksi atau respons terhadap suatu kejadian atau peristiwa di perusahaan atau organisasi. TNA dengan metode ini tidak terlalu disarankan karena relatif tidak terencana dengan baik. Dadakan karena baru saja terjadi sesuatu dalam manajemen perusahaan, misalnya.
Baiklah, sekarang kita simak bagaimana langkah-langkah melakukan TNA atau analisa kebutuhan training ini. Teorinya, proses melakukan TNA sederhana saja. Pertama, identifikasikan terlebih dahulu jenis keterampilan, pengetahuan, dan perilaku yang diperlukan orang-orang yang akan dilatih untuk menjadi lebih efektif dan berkomitmen.
Kedua, buatlah skor atau penilaian terhadap tingkat keterampilan, pengetahuan, dan perilaku yang mereka miliki saat ini atau keadaan aktual mereka.
Ketiga, identifikasikan kesenjangan yang terjadi antara keterampilan dan pengetahuan aktual dengan yang dibutukan perusahaan, maupun posisi/jabatannya.
Teori itu dapat kita praktikkan dalam langkah-langkah berikut: