Menghadapi interview kerja itu gampang-gampang susah. Kita sudah dapat kesempatan untuk ditanya oleh HRD atau interviewer tentang berbagai hal. Diri kita, pengalaman kita, prestasi kita.
Dalam video berikut ini, saya menjawab 10 hal yang ingin diketahui, terkait menghadapi wawancara kerja. Ada 10 pertanyaan yang paling sering muncul saat wawancara kerja.
Ada 10 pertanyaan dari penonton video sebelumnya tentang pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dalam interview kerja.
Inilah 10 hal yang ditanyakan dan ingin diketahui jawabannya:
1. Bagaimana tips wawancara untuk fresh graduate
Interviewer akan tahu bahwa kita ada seorang fresh graduate, yang belum punya pengalaman kerja. Kalau interviewer menanyakan mengenai prestasi, maka jawabannya bisa merujuk pada saat kita masih kuliah dulu.
Coba diingat-ingat, satu atau dua hal padaa saat masih kuliah yang merupakan prestasi kita. Bisa juga tentang pengalaman. Tentu saja bukan pengalaman kerja, tapi bisa mengenai pengalaman yang membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik sekarang ini.
Bisa juga menonjolkan kegiatan yang pernah kita lakukan. Misalnya waktu kuliah dulu pernah membuat sebuah proyek tertentu bersama teman-teman.
Jadi, jangan pernah ragu untuk menceritakan mengenai prestasi atau hal-hal baik pada waktu kuliah dulu, karena ini bisa membantu interviewer untuk mengetahui bahwa kita adalah orang yang siap dan mampu untuk menjalani dunia kerja di perusahaan tersebut.
Intinya, interviewer akan mengetahui bahwa kita adalah orang yang baru lulus kuliah. Maka, dia juga akan menilai diri kita sesuai kapasitas kita adalah fresh graduate. Tonjolkan sedikit hal yang khas dari diri kita, sehingga kita terlihat berbeda dari fresh graduate lainnya.
2. Bagaimana dengan yang baru lulus dan hanya punya pengalaman PKL saja?
PKL adalah sebuah pengalaman yang real bagi seseorang. Ceritakan saja kepada interviewer, apa yang kita lakukan saat PKL, bagaimana tantangannya, bagaimana kita mengatasi persoalan yang muncul saat itu dan pembelajaran apa yang kita ambil dari proses PKL.
Jadikan pengalaman PKL itu sebagai sesuatu yang unik dan khas di mata interviewer.
3. Bagaimana tips wawancara kerja bagi yang baru lulus SMA atau SMK?
Bagi yang misalnya belum pernah punya pengalaman PKL atau magang, berarti pengalamannya masih sangat terbatas. Untuk itu, kita harus menggali, ketika selama sekolah di SMA atau SMK, adakah hal unik yang pernah kita jalani. Misalnya berusaha tertib dalam belajar, mencatat semua pelajaran dengan rapi, atau saat terlibat di organisasi di sekolah.
Saat menceritakan hal-hal itu, interviewer bisa melihat ada sesuatu yang lebih dari diri kita, walaupun kita baru lulus SMA atau SMK, yang tidak mungkin diharapkan punya pengalaman kerja.
4. Bagaimana tips wawancara jika tidak punya prestasi?
Ingat bahwa yang namanya prestasi adalah sesuatu yang besar, yang menghasilkan piagam penghargaan. Prestasi bisa saja keberhasilan belajar, misalnya sukses menyelesaikan tugas atau proyek di sekolah dengan baik. Atau, misalnya pernah jualan kecil-kecilan dan jualannya laku, itu juga prestasi.
Coba lihat prestasi ke aspek yang lebih luas, aspek yang lebih dalam. Jangan hanya terpaku pada prestasi yang menghasilkan piagam atau piala penghargaan. Prestasi adalah dimana dalam titik-titik tertentu dalam hidup kita, kita berhasil melakukan sesuatu.
5. Bagaimana cara mengatasi grogi sebelum masuk ruang interview?
Saat masuk ke ruang interview, biasanya suka grogi atau gemetaran. Apalagi ketika sudah duduk di hadapan interviewer. Bagaimana caranya supaya tidak grogi?
Saat sedang menunggu, kita harus membuat tubuh kita rileks dan tenang. Usahakan agar bahasa tubuh kita adalah bahasa tubuh yang terbuka, bukan bahasa tubuh yang tertutup.
Bahasa tubuh yang tertutup itu misalnya duduk sambil melipat tangan di depan tubuh. Posisi tubuh seperti itu mengesankan bahwa kita takut atau minder.
Cobalah juga untuk bersikap akrab dengan sesama pencari kerja yang duduk di sebelah kanan atau kiri kita. Rileks saja, meskipun kita sebetulnya sedang bersaing dengan mereka.
Denga bahasa tubuh yang lebih terbuka, maka saat masuk ke ruangan interview, kita menjadi tidak grogi.
Masuklah ke ruang interview dengan kondisi tenang. Usahakan agar wajah kita menunjukkan ekspresi yang bersahabat. Paksakan diri untuk tersenyum yang rileks, enjoy dengan diri kita sendiri.
Buang jauh-jauh semua pikiran negatif, misalnya khawatir tidak diterima atau ditanya sesuatu yang sulit. Pikiran seperti itu akan membuat kita menjadi grogi di awal. Bersiap saja untuk menghadapi interviewer dan semua pertanyaan yang diajukannya.
Dengan bahasa tubuh yang terbuka dan ekspresi wajah yang bersahabat, hal itu perlahan-lahan akan mengusir rasa grogi yang ada dalam diri kita. Maka kita akan lebih siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para interviewer.
6. Bagaimana cara menjawab bila ditanya gaji yang diinginkan?
Ada yang pernah mengatakan bahwa dia pernah menjawab pertanyaan ini dengan, “Sesuaikan saja dengan standar perusahaan.” Tapi interviewer tetap meminta untuk menyebutkan jumlah nominal yang diinginkan. Bagaimana kalau hal ini terjadi? Bagaimana kalau jumlah nominal yang saya sebutkan ternyata lebih tinggi standar perusahaan tersebut?
HRD memang sering menanyakan mengenai jumlah gaji yang diinginkan. Banyak yang akan menjawab seperti di atas, sesuai dengan standar perusahaan. Bolehkah jawaban seperti ini?
Boleh-boleh saja, tapi jawaban seperti itu tidak terlalu kuat. Kenapa? Karena hal itu menunjukkan bahwa kita tidak melakukan riset pasar. Kita juga tidak melakukan riset terhadap diri sendiri, yaitu berapa nilai yang layak diberikan kepada kita.
Untuk menjawab pertanyaan tentang gaji ini, kita bisa menyebutkan, “Saya percaya bahwa perusahaan ini pasti punya standar gaji sendiri. Kalau saya ditanya berapa gaji yang diharapkan, maka saya berharap saya dapat mendapat gaji senilai sekian. Alasannya, sesuai dengan pendidikan dan pengalaman saya. Saya percaya bahwa jumlah gaji itu layak untuk saya dapatkan dari perusahaan ini.”
Dengan jawaban itu, kita mengatakan bahwa kita akan mengikuti standar gaji dari perusahaan tersebut. Tapi di sisi lain, kita punya nilai tertentu yang ingin kita sampaikan.
Untuk menyebutkan nilai itu, jangan asal tebak. Lakukan sedikit riset, berapa standar gaji di perusahaan seperti itu. Setelah kita mendapatkan nilainya, kita lalu nilai diri kita sendiri. Apakah saya layak mendapatkan gaji senilai itu, sedikit lebih rendah, atau sedikit lebih tinggi. Dengan melihat kemampuan diri kita sendiri, kita bisa menilai berapa gaji yang kita harapkan.
Saat menyebutkan angka itu, sampaikan dengan tenang. Jangan dengan ekspresi dan gaya yang sombong. Sikap seperti itu akan membuat HRD menjadi tidak simpatik kepada kita. Jangan juga menyebutkannya dengan gaya yang terlalu merendah. Sebutkan saja angka yang menurut kita layak dan pantas, sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan, pengalaman, pendidikan dan estimasi yang kita miliki.
Kalau setelah kita menyebutkan angka, ternyata HRD berkomentar, “Wah, itu ketinggian,” maka kita bisa menanggapinya dengan, “Kalau begitu, berapa yang pantas saya dapatkan?” Dengan begitu, kita membuka ruang diskusi di sana.
Kenapa HRD bertanya tentang gaji? Mereka sebenarnya sedang menilai, antara ekspektasi kita sebagai pencari kerja dengan berapa yang bisa mereka tawarkan. Jangan khawatir untuk menjawabnya. Sampaikan jawaban kita dengan baik dan tenang. Semua orang pasti akan bisa menghargai pendapat kita.
7. Bila ditawarkan posisi lain, apakah kita menerima atau menolak?
Ini menarik. Misalnya kita sedang mengikuti rekrutmen di suatu perusahaan. Kita melamar di bagiam marketing. Ternyata di bagian marketing sedang tidak ada lowongan. Yang membuka lowongan di bagian administrasi. Kita lalu ditawarkan posisi di bagian administrasi. Apakah tawaran tersebut sebaiknya kita terima atau tidak?
Jawabannya sangat tergantung dari diri kita. Sebelum menjawabnya, tanyakan ke diri sendiri dulu, apakah kita mau melakukan pekerjaan yang lain itu. Saya bercita-cita ingin bekerja di bagian marketing, tapi posisi yang tersedia ada di bagian administrasi.
Kalau kita melihat situasi seperti sekarang yang sulit untuk mendapatkan pekerjaan, maka kita bisa saja menerima tawaran tersebut. Hal itu bisa menjadi batu loncatan bagi kita. Siapa tahu, suatu saat nanti kita bisa pindah ke bagian yang kita idamkan, baik di perusahaan yang sama atau di perusahaan yang lain.
Maka kita bisa menyampaikan, “Saya mengerti bahwa posisi yang saya idamkan belum tersedia di perusahaan ini. Kalau suatu saat posisi itu terbuka, maka saya akan senang jika kita nanti bisa membicarakannya.”
Jawaban itu menunjukkan bahwa kita menyadari bahwa posisi idaman kita sedang tidak tersedia di perusahaan tersebut. Tapi kita juga ingin mengeksplorasi, apakah ada pekerjaan lain yang mungkin akan membuat kita tertarik.
Setelah itu, kalau interviewer menyatakan beberapa posisi yang ditawarkan, nilai diri sendiri, apakah ada posisi yang kita sukai atau ingin mencobanya.
Tapi kalau kita merasa yakin dengan posisi idaman kita dan bisa mendapatkannya di perusahaan lain, maka kita bisa mengatakan, “Terima kasih untuk tawarannya. Tapi saya ingin bekerja di bidang yang saya tuju karena saya ingin mengaplikasikan ilmu yang saya miliki di bidang tersebut.”
Silakan diputuskan. Kalau memang kita tertarik atau sedang butuh pekerjaan, maka disarankan untuk lebih terbuka. Cobalah bereksplorasi terlebih dahulu, jangan buru-buru menolaknya.
8. Apa kelebihan dan kekurangan dalam diri Anda?
“Kalau membicarakan kekurangan, bisa berjam-jam. Tapi, saya tidak tahu apa kelebihan saya.”
Jangan terlalu rendah diri dulu. Wah, saya banyak kekurangan, tidak bisa ini dan tidak bisa itu.
Jangan berpikir seperti itu. Kalau kita punya kekurangan, maka kita pasti punya kelebihan. Sama juga kalau kita memandang orang lain yang punya kelebihan, dia juga pasti punya kekurangan. Jadi, kelebihan dan kekurangan itu terbagi pada setiap orang. Setiap orang ada sisi lebihnya, ada juga sisi kurangnya. Ada sisi bagusnya, ada sisi buruknya.
Jadi, kalau kita ditanya soal kelebihan dan kekurangan diri kita, maka sarannya adalah coba cari satu atau dua kelebihan yang memang menjadi keunggulan dari diri kita. Demikian juga dengan kekurangan. Pilihlah satu atau dua kekurangan yang kita rasakan dan ingin kita perbaiki. Buatlah agar jumlahnya berimbang, meskipun kita merasa bahwa kekurangan kita lebih banyak daripada kelebihan kita.
Tiap orang pasti merasa berbeda. Ada yang merasa lebih banyak kekurangannya dibandingkan kelebihannya. Tapi karena ditanya apa kelebihan dan kekurangan diri kita, maka di aspek kelebihan, sampaikan. Misalnya, punya kelebihan karena punya pengalaman di bidang pekerjaan yang mirip. Sedangkan di bagian kekurangan, bisa menyampaikan misalnya kurang teliti saat melihat sebuah laporan. Sampaikan juga bahwa kita sedang berusaha untuk mengurangi kekurangan itu.
Kita tidak perlu takut untuk menceritakan kekurangan kita, asal kita juga menyebutkan bahwa kita ingin belajar untuk mengatasi kekurangan tersebut. Wajar jika kita punya kelemahan. Yang penting adalah apakah kita belajar dari kelemahan itu.
Sekali lagi, kalau ada pertanyaan seperti itu, buatlah berimbang. Misalnya, menyebutkan dua kelebihan dan juga dua kekurangan. Jangan dua kelebihan dan sepuluh kekurangan. Sebutkan seimbang saja. Biarkan interviewer yang menilai.
Ketika kita menjawab mengenai kelebihan dan kekurangan, yang sebenarnya ingin diketahui oleh interviewer itu bisa jadi bukan kelebihan atau kekurangan itu sendiri, tapi dia ingin tahu bagaimana kita memaknai kelebihan dan kekurangan yang kita miliki.
Jadi jangan khawatir dengan pertanyaan ini. Jawablah dengan cara seperti yang tadi sudah dijelaskan.
9. Kalau menanyakan jam kerja dan jam lembur, apakah boleh?
Ada yang merasa sering diinterview dan tidak diterima karena pertanyaan itu. Apakah boleh menanyakan hal itu?
Boleh. Kalau kita bekerja, kita harus tahu berapa lama kita bekerja dalam sehari. Apakah delapan jam, 12 jam, semua itu harus clear.
Saat interview, di bagian akhir biasanya interviewer menanyakan apakah kita punya pertanyaan untuk para interviewer. Maka kita bisa bertanya, jam kerja di perusahaan tersebut seperti apa.
Ketika menanyakannya, hindari kesan bahwa kita anti terhadap kerja keras atau kerja yang serius. Perusahaan akan mengharapkan komitmen dari seorang pencari kerja. Misalnya ada pelamar yang terlihat ogah-ogahan, ada yang bersemangat dan ada yang terlihat berdedikasi, maka yang dipilih adalah yang berdedikasi.
Jadi, tunjukkan bahwa kita siap bekerja sesuai dengan standar yang ada. Kalau perlu lembur, kita juga siap untuk lembur. Tentu kita bisa mengatakan bahwa kalau lembur, kita berharap untuk dibayar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Jika kita menyampaikannya dengan baik dan sopan, maka interviewer tidak akan tersinggung. Tapi kalau kita menyampaikannya dengan nada seperti orang yang hitung-hitungan, maka interviewer akan menjadi enggan untuk berdiskusi dengan kita.
Misalnya kalau kita mengatakan, “Saya inginnya bekerja sampai jam tiga. Kalau lebih dari itu, saya agak keberatan. Apalagi kalau harus lembur di hari libur. Saya juga kan, butuh istirahat.”
Jawaban seperti itu menunjukkan bahwa kita belum siap bekerja atau sangat pilih-pilih pekerjaan. Kita bisa saja mengatakan seperti itu kalau profil kita memang sangat hebat, sehingga perusahaan yang mengejar-ngejar kita.
Tapi kalau profil kita tidak seperti itu, sebaiknya kita lebih rendah hati. Kita bisa menyampaikan, “Saya berharap bahwa jam kerja di sini saja dengan jam kerja yang normal, yang standar. Jika memang sangat diperlukan untuk lembur, saya juga bersedia, sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Tentu saya berharap ada pemberitahuan sebelumnya supaya saya bisa mempersiapkan diri. Saya juga mengharapkan mendapatkan gaji yang pas dari perusahaan, terkait hal itu.”
Dengan menjawab seperti itu, maka kita menyampaikan keinginan kita dengan baik dan rendah hati. Kita juga menyampaikan agar hak kita dipenuhi.
Kalau merasa sering gagal di interview gara-gara pertanyaan seperti ini, mungkin karena nada penyampaiannya yang kurang tepat. Cobalah untuk mengatakannya dengan lebih sopan, rendah hati dan menyadari bahwa sebagai orang yang mencari kerja, kita lebih membutuhkan pekerjaan itu.
Jadi, sampaikan dengan cara yang baik.
10. Kenapa kita berhenti dari tempat kerja sebelumnya?
Ada yang sampai tidak mencantumkan pengalaman kerja sebelumnya di berkas lamaran, karena bingung dengan pertanyaan tersebut.
Padahal, kalau memang punya pengalaman kerja, sebaiknya dicantumkan di berkas lamaran. Hal ini penting karena interviewer akan merasa sangat terbantu dengan pengalaman kerja kita sebelumnya.
Alasan orang berhenti bekerja bisa bermacam-macam. Ada yang karena gajinya kurang memuaskan, ada yang karena merasa lingkungan kerjanya kurang kondusif. Ada juga yang berhenti bekerja karena tempat kerja sebelumnya terlalu jauh dari rumah.
Ketika interviewer bertanya, kenapa kita berhenti bekerja dari tempat sebelumnya, sebenarnya dia ingin mengetahui alasan kita yang sesungguhnya. Jadi, sampaikan saja dengan jujur. Misalnya, untuk yang perempuan, mungkin alasannya waktu itu berhenti bekerja adalah karena baru menikah dan mempunyai bayi. Jadi, interviewer bisa mengetahui bahwa alasannya waktu itu adalah karena ingin mengurus bayi dulu.
Atau, ada juga yang alasannya karena tempat kerjanya terlalu jauh dari rumah. Jadi memang sangat tidak kondusif.
Apapun alasannya, sampaikan dengan jawaban yang positif. Maksudnya, jangan sampai kita menjelek-jelekkan tempat kerja kita sebelumnya, agar kita tidak dianggap sebagai orang yang suka membongkar aib. Jika kita melakukannya, maka interviewer akan berpikir bahwa kita juga akan melakukan hal yang sama di perusahaan tersebut.
Kalaupun ada kekecewaan yang kita rasakan di tempat kerja sebelumnya, sampaikan dengan cara yang sopan. Misalnya, katakan saja bahwa kita waktu itu kurang cocok dengan atasan sehingga tidak bisa berkembang. Untuk bisa berkembang, maka kita membutuhkan tempat atau suasana yang baru, yang lebih sesuai dengan harapan kita, sehingga kita lebih menghargai apa yang sedang kita kerjakan.
Jawab pertanyaan itu dengan baik, jujur dan tidak berbelit-belit. Ada yang menjawab pertanyaan itu dengan berbelit-belit karena dia ingin menutupi apa yang sebenarnya terjadi.
Apalagi untuk yang sering berpindah-pindah pekerjaan. HRD tentu ingin mengetahui alasannya, apakah memang karena tempat kerjanya yang tidak kondusif, atau memang karena orang ini yang senang berpindah-pindah.
HRD ingin mengetahui apa alasan kita berpindah kerja, agar tidak terjadi di perusahaan itu. Kita tentu sebaiknya menjawab pertanyaan tersebut dengan jujur dan terbuka.
Baik, teman-teman sekalian. Sudah kita bahas mengenai 10 pertanyaan yang diajukan. Terima kasih untuk yang bertanya. Saya minta maaf karena tidak semua pertanyaan bisa dijawab. Insya Allah kalau ada kesempatan, saya akan menjawab pertanyaan lainnya.
Jadi silakan bagi yang masih punya pertanyaan seputar mencari kerja, tulis pertanyaannya di kolom komentar. Di kesempatan berikutnya kita akan diskusi dan membuat video-video tanya jawab seperti ini.
Jadi, itulah tadi 10 pertanyaan dari para penonton video tentang tujuh pertanyaan di interview kerja yang sering muncul dan sudah saya bahas bersama-sama. Beberapa dari pertanyaan ini akan ada video yang lebih detail.
Silakan simak videonya, seperti pertanyaan bagaimana kalau tidak punya pengalaman atau prestasi.
Pesan saya untuk para pencari kerja, harus tetap semangat, percaya diri dan bersyukur. Bersyukur karena kita masih bisa mempersiapkan diri untuk bekerja. Dengan rasa percaya diri dan bersyukur, semoga Anda bisa mendapat pekerjaan terbaik di bidangnya masing-masing.
Tiap orang sudah punya jatahnya masing-masing. Jangan pernah khawatir. Tugas kita adalah berjuang melakukan yang terbaik, mengusahakan yang terbaik, memberikan yang terbaik. Nanti, rezeki yang tepat akan datang untuk semuanya.
Selamat untuk sedang mencari kerja. Semoga sukses dan berhasil. Jangan lupa untuk terus menyimak video-video di channel Presenta. Selain urusan mencari pekerjaan, ada juga video yang akan membantu Anda menjadi orang yang punya skill yang lebih matang.
Saya Muhammad Noer dari Presenta Edu. Kita akan bertemu lagi di video-video berikutnya.