Daftar Isi
Dulu waktu sekolah, kita belajar banyak hal. Dari matematika, pecahan, persentase, sampai sejarah tentang Indonesia dan kerajaan-kerajaan, semuanya masuk. Nggak ketinggalan juga pelajaran ekonomi, kayak gimana proses permintaan dan penawaran barang, pengeluaran, transaksi, dan lain-lain.
Tapi begitu masuk ke dunia kerja, banyak dari kita yang merasa:
“Loh, kok beda, ya? Apa yang saya pelajari di sekolah dulu nggak nyambung sama dunia kerja sekarang.”
Belajar Kelompok vs Kerja Tim
Contohnya sederhana aja. Dulu waktu sekolah, kita sering disuruh kerja kelompok.
Teman-teman dikumpulin, lalu ngerjain tugas bareng. Selesai.
Sekarang? Di dunia kerja, kita tetap kerja bareng, tapi konteksnya beda. Bukan cuma teman sebaya. Ada atasan, ada bawahan, ada rekan kerja lintas divisi. Kita dituntut bisa kerja sama, komunikasi, dan menyelesaikan masalah dalam tim. Nggak sesimpel “bagi-bagi tugas” kayak dulu.
Presentasi di Sekolah vs Dunia Kerja
Contoh lainnya saat melakukan presentasi.
Dulu di sekolah, presentasi itu… baca hasil tugas, tampil depan kelas, selesai.
Di dunia kerja? Presentasi bisa jadi penentu nasib proyek. Kita diminta presentasi ide hanya dalam 5 menit dan harus bisa meyakinkan klien buat kerja sama.
Belajar Teori vs Praktik
Di sekolah kita banyak belajar teori, contohnya teori ekonomi, bagaimana supply-demand bekerja, dan sebagainya.
Di dunia kerja, teori aja gak cukup, kita harus bisa negosiasi, tiba-tiba kita dituntut untuk menaikkan profit.
Nilai Rapot vs Target KPI
Di sekolah, kita cukup belajar untuk bisa mendapat nilai bagus dan lulus saat ujian.
Namun saat dunia kerja… kita harus berhadapan dengan target, kinerja, KPI, dan sebagainya.

Dengan begini, seringkali muncul pertanyaan:
Apakah Sekolah Masih Penting?
Ini bukan berarti sekolah itu salah atau gak penting, justru, pendidikan formal sangat penting untuk membentuk fondasi kita. Untuk membentuk cara berpikir kita, kemampuan pemecahan masalah, membentuk karakter kita, dan lainnya.
Tapi, dunia industri yang terus berkembang dengan cepat, kini menuntut lebih. Di sinilah peran “skill hidup” atau soft skills dan keterampilan praktis yang seringkali belum tergali di kelas, ini bisa menjadi kunci untuk menjembatani gap antara ilmu yang kita dapat dan aplikasi nyata di lapangan kerja.
Perasaan “nggak nyambung” antara pelajaran di sekolah dan tantangan di tempat kerja itu wajar. Tapi bukan berarti sekolah itu sia-sia.
Dunia sudah berubah
Teknologi berkembang dengan kecepatan yang nggak ada matinya. Tiap hari kita dikejutkan dengan inovasi AI, machine learning, dan automasi yang makin tersedia ke setiap aspek kehidupan, mulai dari layanan pelanggan, sistem produksi, sampai bahkan di bidang kreatif. Jadi, nggak heran kalau banyak skill yang selama ini kita andalkan bisa dengan mudah tergantikan oleh mesin atau algoritma.
Tapi, walaupun teknologi makin canggih dan rutin menggantikan tugas-tugas standar, akan tetap ada hal yang nggak bisa digantikan sama mesin, yaitu kompetensi kita sebagai manusia. Bukan cuma soal hard skills seperti ngoding atau mengoperasikan software, tapi yang lebih penting adalah soft skills, kemampuan kita untuk menyampaikan ide, berpikir kritis, beradaptasi, berkomunikasi, dan berinovasi.
1. Attitude (Sikap)
Attitude ini lebih dari sekadar cara kita berperilaku tapi juga attitude-lah yang menentukan bagaimana kita merespons berbagai permasalahan dan konflik, serta bagaimana kita menjalin interaksi dengan orang lain.
Attitude juga adalah bagaimana kita bisa bersikap menghadapi berbagai masalah, konflik, bagaimana kita bisa berinteraksi antar individu. Dengan kemampuan bersikap yang baik, level lebih tingginya adalah kecerdasan emosi yang baik juga, bagaimana temen-temen bisa memahami emosi dan berempati, bisa jadi mediator yang baik di tengah konflik, bagaimana bisa bersikap sehingga bisa meyakinkan orang, dsb.
Mesin memang jago mengolah data, pintar dalam segala hal, namun mesin tidak dapat meniru kompleksitas interaksi manusia. Interaksi antar manusia hanya bisa dilakukan oleh sesama manusia itu sendiri.
2. Knowledge
Di era digital saat ini, akses ke ilmu pengetahuan sudah sangat mudah dan tersedia di mana-mana. Cukup dengan searching atau bertanya kepada AI, kita bisa mendapatkan jawaban secara instan. Hal ini sering membuat kita bertanya, “Belajar itu masih perlu, ya?”
Memang, kemudahan mendapatkan informasi bisa membuat kita merasa malas belajar. Toh, semua tinggal langsung searching. Tapi ingat, kemampuan seseorang tidak datang begitu saja hanya dari sekadar akses informasi. Keahlian dibangun melalui penerapan ilmu yang kita pelajari. Tanpa praktik dan pengalaman, pengetahuan hanya akan tetap sebagai data belaka. Poin pentingnya adalah
“Kita tidak bisa menerapkan sesuatu kalau kita gak punya ilmunya.”
Pengetahuan itu nggak cuma soal data atau fakta yang bisa kita copy-paste dari internet. Pengetahuan adalah fondasi yang bikin kita bisa memahami dunia dengan lebih dalam.
Saat ini, AI bahkan bisa merangkum isi buku dengan cepat seperti itu, namun itu tidak menggantikan nilai pengalaman bertahun-tahun yang dimiliki oleh penulis dan bagaimana kita sebagai pembaca mengintrepretasikan bacaan tersebut.
Mencari ilmu dari buku, video, podcast dan lainnya itu membantu kita untuk melihat dari berbagai perspektif, mendapatkan inspirasi, memperluas wawasan, dan mengakuisisi ilmu tersebut untuk bisa kita terapkan.
Pengetahuan itu seperti modal awal buat kita bisa bersikap, bikin ide-ide keren, mengambil keputusan yang tepat, dan kemampuan lainnya dalam dunia kerja. Jadi, walaupun informasi ada di mana-mana, luangkan waktu buat mendalami dan menyerap ilmu, karena di balik setiap ilmu ada pelajaran dan pengalaman hidup yang nggak bisa digantikan oleh sekadar data instan.
3. Skill (keterampilan)
Nah, yang ketiga, skill, bagaimana kita bisa menerapkan ilmu yang kita miliki ke dunia nyata. Ke dunia pekerjaan.
Di era digital seperti sekarang, akses informasi memang sangat mudah. Namun, kemudahan ini tidak serta-merta membuat proses belajar menjadi instan. Menjadi ahli dalam suatu bidang bukan hanya tentang memahami teori, tetapi juga menerapkannya secara konsisten dalam praktik nyata.
Misalnya, kita bisa dengan mudah menemukan tips public speaking yang langkahnya adalah 1…2…3…. . Nah itu adalah ilmu sebagai modal awal, modal awal ini bisa temen-temen dapatkan dari berbagai video lainnya yang udah saya share.
Namun, untuk benar-benar mahir dalam public speaking misalnya, tetap dibutuhkan waktu, proses, dan penerapan yang berulang dari ilmu yang sudah kita pelajari.
Sering kali, ketika melihat pencapaian orang lain di media sosial, muncul pertanyaan,
“Kok mereka terlihat begitu berbakat? Kok bisa mereka sejago itu?”
Tapi perlu diingat, media sosial hanya menampilkan hasil akhir, bukan perjalanan panjang di baliknya. Nyatanya, setiap keahlian yang terlihat luar biasa itu merupakan hasil dari latihan bertahun-tahun, kegagalan yang tidak sedikit, serta dedikasi yang tinggi.
Saya sendiri bisa menjadi seorang trainer, bisa jago public speaking bukan karena bakat semata, tetapi karena jam terbang yang sudah dibangun selama bertahun-tahun.
Inilah tantangan yang sering dihadapi generasi sekarang: kecenderungan untuk membandingkan diri dengan pencapaian orang lain tanpa menyadari proses yang mereka lalui. Padahal, di balik setiap keterampilan yang luar biasa, ada perjalanan panjang yang penuh dengan tantangan dan pembelajaran.
Jadi, kuncinya adalah konsistensi. Jangan hanya mengumpulkan teori, tetapi terapkan dan terus asah kemampuan yang dimiliki. Setiap langkah kecil yang dilakukan hari ini adalah investasi bagi masa depan.
Jangan Khawatir!
Jadi, teman-teman, jangan pernah berhenti belajar dan teruslah mencari ilmu. Justru di tengah dunia yang terus berubah dan penuh ketidakpastian, kemampuan untuk terus berkembang adalah kunci untuk tetap relevan dan unggul.
Di PRESENTA, saya bersama para trainer lainnya akan terus berbagi pengalaman, wawasan, dan keterampilan praktis yang insyaAllah bermanfaat, baik untuk dunia kerja maupun kehidupan sehari-hari. Kami ingin membantu teman-teman semuanya mengembangkan potensi diri dan menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri.
Jika ada topik atau isu tertentu yang ingin dibahas lebih dalam, misalnya gimana cara komunikasi sama atasan, cara menyampaikan ide dalam 5 menit, atau lainnya jangan ragu untuk bertanya di kolom komentar. Kami akan senang bisa berdiskusi dan menjawab pertanyaan teman-teman semua.
Terus belajar, terus berkembang, dan sampai jumpa di kesempatan berikutnya!