Daftar Isi
Suka terkagum-kagum saat melihat para MC kondang beraksi dan ingin menjadi seperti mereka? Kadang-kadang kita berpikir, kenapa mereka bisa membuat para audiensnya seperti tersihir? Mereka mau mendengarkan apa yang disampaikan oleh para presenter kenamaan tersebut. Yang lebih hebat lagi, para audiens itu mau melakukan apa yang diminta oleh sang public speaker.
Lalu, kita melihat pada diri sendiri. Seringnya, saat mendapat tugas dari bos untuk melakukan presentasi di depan klien, lutut langsung lemas. Kita langsung berharap bahwa kita bisa seperti para public speaker itu.
Sebenarnya, kita juga bisa seperti mereka. Kita bisa menjadi seorang public speaker yang baik juga. Yang kita perlukan adalah mempelajari ilmunya, yaitu ilmu public speaking.
Dalam ilmu public speaking ada dasar-dasar yang harus dipelajari oleh mereka yang ingin menjadi seorang public speaker andal.
Inilah teknik dasar untuk menjadi seorang public speaker andal
1. Punya rasa percaya diri yang cukup
Menjadi seorang public speaker berarti dia harus yakin dengan apa yang dia katakan. Seorang public speaker harus yakin dengan dirinya sendiri. Jadi, tidak mungkin kita bisa menjadi seorang public speaker andal jika kita ragu-ragu dengan apa yang kita sampaikan. Jadinya, kita khawatir dan takut, tidak berani menghadapi audiens.
Nah, untuk menjadi seorang yang yakin pada diri sendiri, sudah tentu harus punya rasa percaya diri yang cukup. Rasa pede itu akan membuat kita menjadi rileks saat akan berbicara di depan umum. Rasa percaya diri yang cukup itu berasal dari keyainan dengan apa yang sudah kita pelajari, apa yang sudah kita persiapkan sebelum tampil.
Selain itu, rasa pede yang cukup itu juga karena kita yakin bahwa kita memang layak untuk tampil di depan para audiens. Tidak mungkin kan, si bos menyuruh kita untuk melakukan presentasi di depan klien, kalau dia tidak yakin dengan kemampuan kita? Bos saja yakin, apalagi kita, harus lebih yakin lagi bahwa kita punya kapasitas untuk berbicara mengenai topik tersebut.
Keyakinan dan rasa percaya diri ini akan membantu kita untuk menjadi seorang public speaker yang baik dan andal.
Jadi, seorang public speaker harus percaya diri, meskipun mungkin malam sebelum menjalankan tugas untuk tampil di depan umum, kita merasa tidak siap 100 persen. Tapi ketika tampil, yakinkan bahwa kita ingin memberikan yang terbaik untuk audiens kita dan kita merasa percaya diri untuk menghadapi mereka.
2. Punya mindset yang benar
Apakah mindset yang benar itu? Yaitu ketika kita mempunyai bayangan, punya cara pandang yang positif terhadap orang lain. Masalah yang sering dialami oleh seorang public speaker, terutama yang pemula adalah, mereka sering merasa ketakutan. Para pemula sering merasa khawatir terhadap pandangan orang lain. Banyak yang berpikir, nanti saya akan dinilai jelek oleh audiens atau bagaimana kalau nanti atasan atau klien bertanya dan saya tidak bisa menjawab.
Kita membayangkan bahwa orang lain akan menyusahkan kita. Atau, bahwa orang lain akan membuat kita gagal. Audiens ingin agar kita tampil sempurna, sehingga kita mempunya beban tekanan yang sangat besar.
Semua itu adalah mindset negatif. Maka, kita harus mengubahnya menjadi cara pandang yang positif. Maksudnya, ketika nanti kita harus berbicara di depan banyak orang, yakinlah bahwa audiens atau klien yang hadir itu ingin agar kita sukses. Mereka sudah meluangkan waktu dan tenaga untuk hadir. Mereka juga ingin mendapatkan sesuatu.
Audiens hadir untuk mendapatkan manfaat dari apa yang akan kita sampaikan sebagai seorang public speaker. Dengan mindset seperti itu, nanti kita akan melihat bahwa ternyata para audiens itu adalah orang-orang yang ramah. Para audiens adalah orang yang enak untuk diajak berkomunikasi, mereka nyambung dengan saya. Maka, secara natural, kita pun akan bisa menampilkan public speaking yang terbaik untuk audiens kita.
3. Berusaha untuk selalu rileks
Rileks sangat berkaitan dengan percaya diri dan mindset yang positif. Semakin kita pede, cara pandang kita juga akan makin positif, sehingga kita akan lebih mudah untuk rileks.
Mungkin ada yang merasa, sudah berusaha untuk rileks, tapi tetap merasa gugup. Kenapa begitu? Sebenarnya, rasa gugup dan grogi adalah sesuatu yang wajar. Jangankan kita, seorang public speaker andal pun akan merasakannya. Mereka tetap akan merasa grogi atau gugup ketika menjelang akan tampil. Hal itulah yang disebut dengan demam panggung.
Demam panggung adalah sesuatu yang wajar. Para public speaker berpengalaman itu memberikan triknya dalam mengatasi rasa gugup, yaitu berusaha berdamai dengan rasa grogi dan gugup itu. Mereka mengubahnya menjadi perasaan yang lebih rileks.
Caranya, yang pertama adalah mencoba membereskan semua urusan sebelum tampil. Kalau perlu ke toilet, silakan ke toilet dulu. Lalu, usahakan agar badan tidak tegang. Lakukan gerakan-gerakan ringan, agar badan terasa lebih lentur, sehingga kita bisa lebih rileks. Gerakan tangan, kaki dan kepala, akan sangat membantu.
Kemudian, cobalah ekspresikan wajah. Atur agar saat bicara di atas panggung nanti, kita bisa lebih rileks. Tarik napas dalam-dalam sebelum mulai, lalu keluarkan pelan-pelan. Lakukan selama beberapa kali. Hal ini sangat penting agar kita bisa lebih menetralisir jantung yang berdegup lebih cepat. Juga, akan membantu kita untuk ‘membuang’ semua hal yang kita khawatirkan. Maka, kita akan lebih rileks.
Jangan lupa juga untuk berdoa dulu, agar pikiran dan perasaan kita lebih tenang.
Setelah berhasil untuk lebih rileks, maka saat tiba waktunya untuk berbicara, kita akan tampil lebih nyaman dan akhirnya mampu untuk berinteraksi secara maksimal dengan para audiens.
4. Perhatikan ekspresi wajah
Ekspresi wajah yang terutama adalah senyum. Ketika kita berbicara di depan orang lain, wajah harus terlihat ramah, tidak terlalu tegang, sehingga nyaman dipandang oleh orang lain. Itu semua mudah dilakukan ketika kita tersenyum pada audiens.
Pandanglah audiens seperti teman atau sahabat kita, orang yang akan mendukung kita. Maka, kita pun akan lebih mudah untuk tersenyum kepada mereka.
Mengapa ekspresi wajah ini sangat penting? Dengan tersenyum, maka akan tercipta kontak antara kita sebagai seorang public speaker dengan audiens kita. Maka, diskusi yang akan dilakukan bersama mereka akan menjadi lebih rileks, lebih baik dan bisa mencapai tujuan yang diharapkan.
5. Kontak mata
Saat berbicara dengan orang lain atau di depan umum, sangat tidak disarankan untuk sibuk melihat ke atas, ke bawah, atau ke sembarang tempat, bukan ke arah audiens. Itu namanya tidak ada eye contact atau kontak mata.
Tataplah audiens kita. Kalau audiensnya banyak, jangan hanya menatap ke arah satu orang saja, tapi ke beberapa orang, ke arah yang berbeda.
Dengan kontak mata, maka audiens akan merasa diperhatikan. Akibatnya, mereka juga akan memperhatikan kita. Di situlah akan tercipta koneksi atau hubungan, yang bahasa kerennya adalah engagement antara audiens dengan public speakernya.
6. Berbicara dengan jelas
Maksudnya adalah, kita harus berbicara dengan volume suara yang cukup. Volume suara yang cukup adalah yang tidak terlalu pelan, karena suara jadi tidak terdengar dengan jelas, juga tidak terlalu keras karena auidens bisa jadi malah terganggu atau tidak nyaman. Volume suara harus cukup an bertenaga. Itulah suara yang jelas.
Tidak hanya berhubungan dengan volume suara, bicara yang jelas juga berhubungan dengan cara kita mengucapkan kata-kata. Itulah artikulasi.
Jadi, kita harus berlatih mengucapkan kata demi kata dengan baik dan rapi, sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan.Biasanya, public speaker pemula akan terburu-buru kalau berbicara. Saat kita berbicara terburu-buru, maka akibatnya adalah pengucapan kata-kata yang kurang jelas.
Mungkin saja dia adalah orang yang enerjik, atau yang punya bahasa tubuh yang baik. Tapi, ketika suaranya tidak terdengar cukup jernih, maka apa yang akan dia ucapkan tidak terdengar cukup jelas. Ini akan mengganggu kredibilitas public speaker yang bersangkutan.
Jadi, bicaralah dengan tenang, rileks, tidak perlu terburu-buru. Setiap orang punya temponya masing-masing. Manfaatkan tempo itu untuk berbicara dengan nyaman, jelas dan jernih, sehingga suara kita akan terdengar dengan jelas.
7. Kenali bahasa tubuh yang negatif
Seperti apakah bahasa tubuh yang negatif itu? Misalnya seperti menggerak-gerakkan kepala tidak pada tempatnya. Orang akan terganggu melihatnya. Atau, ketika kita menggerak-gerakkan tangan yang tidak perlu, misalnya berbicara sambil memegang-megang rambut atau kerah baju.
Hindari melakukan bahasa tubuh yang negatif itu ketika berbicara di depan orang lain. Bahasa tubuh yang negatif ini terjadi ketika kita tidak percaya diri. Saat kita gugup, secara otomatis bahasa tubuh kita juga akan negatif.
Cobalah untuk mengenali kebiasaan kita, apakah sering melakukan bahasa tubuh yang negatif itu, khususnya ketika sedang berbicara dengan orang lain. Saat kita menyadarinya, usahakan untuk segera menghentikannya dan tidak melakukan hal itu lagi.
Kita mungkin sering melihat ada orang yang saat sedang berbicara, dia menyilangkan tangannya di depan atau memasukkan tangannya ke dalam saku baju. Itu adalah bahasa tubuh yang tertutup, bagian dari bahasa tubuh yang negatif. Bahasa tubuh yang baik adalah bahasa tubuh yang terbuka, karena itu menandakan bahwa kita memberikan kepercayaan kepada audiens atau orang yang sedang berbicara dengan kita. Audiens juga akan menjadi percaya dengan kita. Dengan bahasa tubuh yang terbuka, maka kita akan bisa tampil dengan lebih maksimal.
8. Berlatih dan berlatih
Practice makes perfect. Tidak ada public speaker yang hebat, yang bagus ketika berbicara, tanpa latihan. Sangat jarang ada orang yang langsung berhasil menjadi public speaker hebat di kesempatan pertama.
Para public speaker kenamaan dunia berlatih dengan intens. Misalnya, almarhum Steve Jobs. Pendiri Apple ini di masa hidupnya dikenal sangat hebat ketika berbicara di depan umum. Saat akan tampil mempresentasikan produknya, Jobs berlatih dengan sangat intens, selama berhari-hari, bahkan pernah selama sebulan penuh.
Jobs tidak hanya berlatih berbicara, tapi dia juga berlatih dengan menggunakan slide, tata lampu dan gerakan tubuh selama beberapa minggu, hanya untuk tampil di atas panggung selama tujuh menit.
Latihan sangat diperlukan karena menjadi public speaker membutuhkan jam terbang. Semakin sering kita berlatih, maka kita akan semakin terinternalisasi. Internalisasi akan terjadi, baik ketika berbicara, menampilkan bahasa tubuh, termasuk ketika mencoba untuk mendeskripsikan sesuatu.
Berlatih adalah persiapan. Tidak ada orang yang sukses tanpa melakukan persiapan yang baik dan matang.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai teknik dasar public speaking ini, bisa disaksikan di video ini.
Selain itu, agar keterampilan menjadi seorang public speaker juga makin terasah, disarankan untuk mengikuti pelatihan public speaking bersama para praktisi public speaking yang berpengalaman.
Ingin memperdalam pengetahuan Anda tentang presentasi?
Dapatkan buku Presentasi Memukau yang membahas bagaimana mempersiapkan, mendesain dan membawakan presentasi yang luar biasa.
216 halaman - PDF format - Gratis