Apakah Anda termasuk orang berkomunikasi secara asertif? Jangan-jangan Anda tidak sadar kalau selama ini sering melakukannya. Komunikasi asertif itu sebetulnya apa, sih? Komunikasi asertif artinya kemampuan seseorang untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan positif, maupun perasaan negatif, dengan cara yang terbuka, jujur, dan langsung.
Disimpulkan dari apa yang dikatakan Linda A. Macneilage dan Kathleen A. Adams dalam buku mereka “Assertive at Work”, menjadi asertif berarti juga menunjukkan pertimbangan dan penghormatan terhadap orang lain. Anda dapat menyimak lebih banyak mengenai komunikasi asertif dalam bentuk PDF lewat tautan ini.
Pengertian komunikasi asertif bisa kita lihat dari karakter seseorang, yakni dia mampu untuk terbuka terhadap sudut pandang orang lain, serta dapat mengekspresikan dirinya dengan jujur dengan tetap menghormati orang lain.
Contoh komunikasi asertif, atasan Anda meminta tolong kepada Anda untuk mengerjakan sebagian tugas rekan satu tim Anda karena tenggat waktu untuk proyek sudah sangat dekat. Atasan Anda tahu Anda dapat melakukannya karena Anda bekerja sangat efisien dan ini bukan kali pertama Anda mampu mengerjakan hal-hal di luar kewajiban Anda.
Di sini, Anda bisa berkomunikasi secara asertif kepada atasan Anda. Inti pesannya agar sang atasan tidak lantas menjadi defensif atas penolakan Anda terhadap permintaannya. Plus Anda juga menawarkan pencarian solusi bersama-sama. Jadi katakan, “Saya senang sekali kalau tim dapat menyelesaikan tugas tepat waktu dan saya suka bekerja sama dalam tim, namun kadang saya merasa tertekan juga kalau harus bekerja ekstra. Kira-kira apa, nih, Pak, yang bisa sama-sama kita lakukan untuk memastikan hal itu tidak terjadi lagi di masa mendatang?”
Dari ilustrasi di atas, Anda mungkin dapat menemukan sendiri beberapa contoh komunikasi asertif dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kegiatan Anda.
Komunikasi asertif menurut para ahli bahkan dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental. Dengan berkomunikasi secara asertif, Anda terbantu untuk mengendalikan stres dan amarah. Anda juga terbantu untuk meningkatkan keterampilan mengatasi kedua hal tadi. Tidak hanya itu, komunikasi asertif juga dapat membantu meningkatkan harga diri Anda dan mendapatkan respek dari orang lain.
Ada banyak sekali teknik komunikasi asertif. Beberapa di antaranya adalah menggunakan pernyataan “saya”, berempati, dan mengganti kata kerja. Penggunaan pernyataan “saya” ini agar maksud yang Anda sampaikan terkesan tegas. Pakai “saya ingin”, “saya perlu”, atau “saya merasa”, misalnya “Saya merasa kita perlu membawa penengah untuk menyelesaikan perselisihan ini”.
Sementara pernyataan yang menunjukkan empati, misalnya, “Saya paham Anda mengalami dilema antara membagi waktu untuk pekerjaan dan merawat orang tua yang sedang sakit, tapi proyek ini harus selesai tepat waktu. Mari kita cari sama-sama pemecahannya.”
Gunakan kata kerja yang terdengar pasti dan tegas, misalnya “Saya memutuskan mengikuti pelatihan ini karena saya percaya langkah ini akan membantu saya dan tim untuk maju.”
Tidak setiap orang terlahir berkepribadian asertif, namun Anda dapat mempraktikkan teknik-teknik berkomunikasi asertif dari contoh-contoh di sekitar Anda atau juga lewat jurnal-jurnal mengenai komunikasi asertif. Selamat mencoba. (*)
Apa saja keterampilan utama yang perlu dikuasai seorang manajer baru?
Dapatkan buku Essential Skills for New Manager - Seri 1 yang membahas bagaimana 4 skill utama dalam mengelola tim dengan baik.
131 halaman - PDF format - Gratis untuk Anda