Lima Hal yang Diinginkan Generasi Milenial di Tempat Kerja

[et_pb_section admin_label=”section”]
[et_pb_row admin_label=”row”]
[et_pb_column type=”4_4″][et_pb_text admin_label=”Text”]Milenial adalah istilah yang digunakan untuk menyebut generasi yang lahir antara tahun 1980 hingga akhir 1990an. Kadang juga disebut sebagai generasi Y (Gen-Y). Yang tertua dari generasi ini mulai memasuki angkatan kerja pada akhir 1990-an dan awal 2000-an.

Pada 2016 saja jumlah pekerja milenial sudah mendominasi angkatan kerja dan pada 2025 nanti, diperkirakan 75 persen dari angkatan kerja global terdiri atas kaum milenial.

Banyak stereotipe dan klise yang dilekatkan pada generasi ini: egois, tidak puas dengan pekerjaan yang dimiliki, kurang loyal terhadap perusahaan atau pekerjaan, punya etika kerja yang buruk, dan sebagainya.

Namun sebetulnya pada generasi manapun hal itu terjadi. Pekerja milenial, seperti halnya generasi lain, adalah individu-individu yang mestinya tidak dihakimi berdasarkan kapan mereka lahir.

Memang ada perbedaan-perbedaan yang membuat mereka unik, bukan buruk, termasuk dari cara mereka bekerja dan apa yang mereka inginkan dari pekerjaan atau perusahaan tempat mereka bekerja.

Jika pintar mengelola pekerja dari generasi ini, perusahaan akan mendapatkan hal terbaik dari angkatan kerja termuda ini.

Dari sejumlah riset yang dilakukan terhap pekerja milenial secara global, ada beberapa hal tertentu yang dicari atau disukai generasi milenial dari pekerjaan atau tempat kerja mereka. Berikut ini adalah lima di antaranya:

1. Loyalitas mutual

Corporate businessmen shaking hands

Salah satu survei menemukan 62 persen milenial cenderung berganti pekerjaan secara teratur. Mereka suka berganti pekerjaan sesering mungkin, namun bukan berarti mereka tidak loyal terhadap perusahaan atau pekerjaan mereka.

Kaum milenial menganggap penting loyalitas, seperti halnya generasi sebelumnya. Namun, mereka ingin perusahaan juga “loyal” terhadap mereka, dalam artian memberikan imbalan yang selaras dengan nilai-nilai mereka. Tak hanya berupa gaji dan tunjangan yang mereka cari, melainkan juga kesempatan untuk mengembangkan diri.

 

2. Kesempatan menguasai keahlian baru

Dua per tiga dari kaum milenial menyebut kesempatan untuk mempelajari keterampilan baru adalah latar belakang mengapa mereka berpindah kerja.

Mereka juga tak segan untuk menggunakan uang sendiri guna membiayai pelatihan keterampilan yang mereka inginkan.

Jadi, seperti yang juga disinggung dalam poin pertama tadi, jika perusahaan memberikan mereka kesempatan itu, kemungkinan besar mereka akan bertahan di perusahaan tersebut.

 

3. Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan sehari-hari

Banyak yang melihat generasi milenial sebagai pribadi-pribadi yang senang memanfaatkan waktu luang mereka untuk bekerja.

Namun ternyata tidak demikian halnya. Pekerja milenial punya batasan juga antara waktu kerja dengan waktu luang atau liburan.

Teknologi memang memudahkan perusahaan untuk berkomunikasi dengan karyawannya, begitu pula sebaliknya, meski karyawan tidak sedang berada di kantor, misalnya via e-mail dan chatting. Namun jika hal itu dilakukan di luar jam kerja, kaum milenial menganggap komunikasi atau penugasan ini bisa mengganggu kehidupan pribadi mereka.

 

4. Ruang kerja yang bersifat pribadi

Kantor-kantor perusahaan teknologi besar banyak yang dibuat serbaterbuka, tanpa sekat, seakan-akan mewakili jiwa kaum milenial yang bebas dan lepas dari kebiasaan-kebiasaan generasi sebelumnya.

Namun sebuah survei menunjukkan sebaliknya. Generasi milenial memang senang berkolaborasi untuk mewujudkan suatu proyek, tapi bukan berarti mereka juga suka bekerja di ruang yang kolaboratif.

Dua per tiga pekerja milenial menginginkan ruang kerja pribadi. Faktanya memang karyawan yang memiliki kontrol lebih besar terhadap lingkungan atau ruang kerja mereka justru akan berkembang dan menciptakan tingkat keterlibatan yang lebih tinggi.

Jadi sebaiknya kantor menyediakan ruang khusus untuk pekerjaan-pekerjaan kolaboratif dan tetap menyediakan ruang kerja privat untuk para karyawannya.

 

5. Fleksibilitas lokasi tempat bekerja

Stereotipe lain terhadap generasi milenial adalah mereka lebih memilih bekerja di perusahaan-perusahaan besar dan kantornya berada di pusat kota. Ternyata lebih dari setengah generasi ini menyatakan mereka fleksibel soal itu.

Banyak di antara mereka memilih bekerja di pinggiran kota atau kota-kota kecil dan sedang, demi menyesuaikan biaya hidup dan biaya transportasi dengan penghasilan mereka. Mereka juga suka, jika perusahaan memberikan kesempatan bekerja jarak jauh atau tidak mesti datang ke kantor setiap hari, dengan memanfaatkan teknologi dan lebih berorientasi pada hasil.

Mau tidak mau, suka tidak suka, pekerja milenial adalah bagian integral dari tenaga kerja saat ini.

Perusahaan yang berusaha memahami atribut unik generasi ini, memberikan kesempatan untuk memelihara gairah hidup mereka, memperkaya pengalaman mereka di tempat kerja mereka, dan memberikan ruang untuk tumbuh dan berkembang, bisa mendulang kesuksesan di masa depan dan berkelanjutan. (*)[/et_pb_text][/et_pb_column]
[/et_pb_row]
[/et_pb_section]

One thought on “Lima Hal yang Diinginkan Generasi Milenial di Tempat Kerja

  1. Pingback: Tujuh Kebiasaan Generasi Milenial di Tempat Kerja (yang Sebaiknya Dihilangkan) | Training Provider Jakarta Indonesia - PT. Presenta Edukreasi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *